
Orang yang belum pernah dating ke
Kalimantan, tentu akan takut dengan mitos yang mengatakan bahwa orang
Dayak memakan manusia atau sebagai suku kanibal. Anggapan ini ada sudah
pasti keliru jika kita berpikiran sekarang yang dalam peradapan manusia
telah memasuki abad 21. Tetapi, bagaimana jika dahulu, ketika Pulau
Kalimantan masih dihuni oleh suku-suku asli dan belum ada pendatang dari
suku Jawa, Bugis ataupun dari suku-suku lainnya?
Dari
penuturan cerita nenek dan tetua-tetua dahulu, dapat dipastikan bahwa
suku Dayak memang memakan manusia. Tidak tanggungtanggung yang dimakan
adalah "inti" manusia yaitu hati, dan jantung korban setelah kepala
korbannya dipenggal atau istilahnya "diayau".
Anggapan
yang mungkin keliru bahwa orang Dayak makan orang adalah bahwa manusia
atau korban yang dimakan bukan karena tidak ada makanan atau orang Dayak
memang suk adaging manusia. Sumber makanan di hutan Kalimantan sangat
berlimpah. Binatang seperti rusa, babi, jenis ular-ularan, ikan disungai
dan berbagai hewan lainnya sangat melimpah. Tentu bahwa anggapan orang
Dayak doyan makan orang adalah salah!
Jadi mengapa ada anggapan bahwa orang Dayak makan orang?
Menurut
orang Kalimantan yang didasari dari cerita-cerita dari turun temurun,
suku Dayak memang diyakini memakan manusia! Manusia yang dimakan adalah
manusia yang mereka anggap musuh. Bisa saja pada saat pertempuran antar
suku dalam memperebutkan wilayah. Atau terhadap pendatang yang "serakah"
mengambil hasil-hasil hutan dengan tidak mematuhi adat istiadat.
Tidak
dapat dipungkiri, bahwa Pulau Kalimantan yang sangat luas dan menjadi
pulau ke dua terluas di dunia setelah Pulau Irian, penduduknya sangat
jarang. Bayangkan saja, untuk Provinsi Kalimantan Timur, luasnya satu
setengah kali pulau Jawa dan Madura. Sementara penduduknya (menurut
hasil sensus penduduk 2010 berjumlah 3,5 juta).
Bayangkah
juga, dengan luasan yang begitu dan penduduk yang tersebar di daerah
perbatasan, pedalaman dan pesisir, adakah aparat hokum seperti polisi
dan tentara yang bertugas menegakkan hokum? Tentu tidak ada. Bayangkan,
bagaimana jika pendatang yang berada di barak-barak perusahaan kayu di
dalam hutan dapat tidur dengan tenang jika tiap makam terus didatangi
"orang asing" yang selalu mengintip atau mencuri sedikit makanan?
Bagaimana,
jika salah seorang dari pekerja yang dianggap musuh (yang dapat
dikarenakan orang tersebut melanggar hokum adat) oleh orang Dayak
diculik dan dipengggal kepalanya? Apakah hokum dapat mengetahuinya?
Tentu tidak bisa dibuktikan. Telah banyak kasus orang "raib" di
belantara Kalimantan tanpa dilaporkan ke pihak kepolisian.
Selaki
lagi, orang Dayak makan orang itu ada dan nyata! Maksudn dari
kanibalisme ini bukan karena lapar, atau suka akan daging manusia,
tetapi karena orang tersebut dianggap sebagai musuh. Maksud lainnya,
dengan memakan hati atau jantung korban, maka arwah korban tidak akan
menghantui atau menguasai pikiran pembunuhnya!
Tetapi
jka kita bertanya pada orang Dayak yang telah tersentuh kebudayaan luar
dan pembangunan, tentu mereka menyangkalnya. Mana ada orang yang mau
suku kebanggaannya dicap sebagai suku kanibal. Bahkan seorang teman
Dayak saya berkelakar "Kami tidak makan orang, tetapi Kami senang makan
jeroan dan isi perut!! Kami tidak memakan mentah, teapi telah dimasak
dan diberi bumbu!!," ujarnya sambil tertawa lepas.
Bagaimana
jika kita dating dengan damai dan dapat menghormati adat orang Dayak?
Jangan takut, orang Dayak adalah suku yang sangat ramah dalam menyambut
tamu. Jangankan makanan dan penginapan, tetapi (maaf) anak gadis atau
istri mereka pun mereka berikan sebagai penghormatan! Ini bukan isapan
jempol, banyak cerita yang beredar demikian.
Itu
salah satu bukti bahwa dibalik keperkasaan orang Dayak dalam berperang,
mereka juga ramah dalam menyambut tamu yang dating. "Niat baik dibalas
kebaikan, dan niat jahat dibalas dengan ilmu (hitam) dan ayau (potong)
kepala," ujar mereka!